Bisnis kedai kopi belum
surut. Buktinya, tawaran waralaba dan kemitraan kedai kopi marak di berbagai
wilayah di Tanah Air. Salah satunya adalah tawaran kemitraan yang diusung oleh
Olan Sebastian yang mengusung brand Sebastian Coffee di Jakarta.
Berdiri sejak November 2010,
kedai kopi ini resmi menawarkan kemitraan pada tahun 2012. Saat ini jumlah
mitranya sudah ada tujuh. Tiga di antaranya milik mitra yang berlokasi di
Jakarta.
Selebihnya gerai milik
sendiri. "Kami juga memiliki dua gerai di China," ujar Stefani
Sebastian, Project Manager Sebastian Coffee Stefani mengklaim, kedai kopinya
memiliki keunggulan karena menawarkan kopi Arabica dan Robusta asli Indonesia.
"Kopi dipasok dari perkebunan milik keluarga kami sendiri," katanya.
Varian produk yang
ditawarkan juga beragam mulai dari kopi espresso hingga cappucinno. Sementara
untuk kudapannya disediakan french fries, sandwich, dan pasta. Harga minuman
dan makanan di tempat ini dibanderol Rp 24.000-Rp 38.000 seporsi.
Dalam kemitraan ini,
Sebastian Coffee menawarkan dua paket investasi, yakni, paket senilai Rp 1
miliar dan paket Rp 300 juta–Rp 500 juta untuk gerai di office building.
Dengan paket investasi
sebesar itu, mitra mendapatkan jasa desain interior, mebel, mesin kopi, mesin
kasir, set up lengkap, pelatihan karyawan dan stok bahan baku dua minggu.
Jika mengambil paket
investasi sebesar Rp 1 miliar, mitra mendapatkan biaya sewa tempat selama
setahun. Namun, biaya sewa tempat ini tidak boleh lebih dari senilai Rp 240
juta.
Dalam paket Rp 1 miliar,
mitra harus mencari ruangan seluas 250 meter persegi (m²). Sementara paket
office building seluas 50 m². Mitra juga harus untuk menyediakan karyawan
minimal delapan orang tiap gerainya.
Menurut Stefani, dalam
sehari, kedai kopinya bisa melayani 60 pelanggan di hari kerja. Ketika akhir
pekan jumlah pengunjung bisa mencapai 80 orang.
Menurutnya, mitra yang
mengambil paket Rp 1 miliar bisa mengantongi omzet hingga Rp 120 juta per
bulan. Sementara omzet paket office building Rp 90 juta per bulan. Dengan laba
bersih sebesar 25%–30% dari omzet, mitra diperkirakan balik modal sekitar dua
tahun. Kerjasama ini berlaku selama
lima tahun. Setelah itu, mitra bisa memperpanjang kerjasama dengan membayar Rp
250 juta. Biaya royalti dipungut sebesar 5% dari omzet tiap bulan. "Bahan
baku wajib dibeli dari pusat," kata Stefani.
Pengamat waralaba, Erwin
Halim menilai, selain dukungan fasilitas dan bahan baku, pusat juga harus
memberi dukungan pada mitra dari sisi marketing. Untuk itu, perlu kontrol dan
komunikasi yang bagus antara pusat dan mitra.
Selain itu, kantor pusat
juga harus memperkuat brand-nya, "Jika brand-nya kuat, mitra yang baru
bergabung bisa lebih cepat balik modal," ujarnya.
Sumber : Koran Kontan 17 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar