Yth. Bapak Erwin,
Saya diajak bekerja sama mengelola sebuah bisnis kuliner
yang merupakan sebuah business start up. Pada mulanya saya berpikir kalau
bisnis tersebut sudah berjalan, namun ternyata baru akan berjalan, hal ini terjadi
dikarenakan ketidak jelasan pihak mitra. Apa yang harus saya persiapkan agar
untuk berikutnya saya tidak salah mengerti dengan mitra saya ini yang nantinya
memungkin an terjadinya konflik. Atas jawaban bapak saya ucapkan terimakasih.
Maya – Tebet, Jakarta
Dear Ibu Maya,
Pertama, anda harus menggali visi dan misi dari kedua pihak
agar jelas dan searah. Andaikata visi dan misi jelas namun tidak searah dengan
visi dan misi anda sebaiknya jangan dilanjutkan. Meskipun jelas, tapi berbeda
arah tetap saja akan menjadi masalah di suatu saat. Ini akan menjadi bom waktu.
Kedengarannya hal ini klise, tapi inilah dasar dua belah pihak bekerjasama.
Jangan memulai kerjasama dengan orang yang berbeda visi dan misi. Bermitra
dapat dianalogikan seperti orang yang akan menikah. Perlu pendekatan dan
kejelasan serta kepastian arah bisnis. Kalau masalah ini sudah jelas dan sama
barulah dilanjutkan.
Kedua, buatlah rule of the game. Siapa
yang berperan sebagai siapa. Siapa yang menjadi manajer, siapa yang menjadi
marketing, lalu siapa yang mengelolas uang dan produksi. Apakah ada pihak lain
yang harus dibayar, akapah masalah keuangan diserahkan kepada karyawan dengan
system informasi atau bagaimana. Bagaimana pembagian keuntungan, kapan
dibagikan, bagaimana membaginya dan cara pembayarannya. Bagaimana jika
kekurangan modal, bagaimana kalau mau mengambil prive dan sebagainya. Berapa
banyak uang yang akan diivestasikan, berapa persen dan bentuk badan usahanya
apakah berupa PT (perseroan terbatas), CV (perusahaan komanditer) atau bentuk
lainnya. Di awal ini silakan kedua pihak saling terbuka dan berani untuk
bertanya satu sama lain dengan detail. Sebaiknya pada tahap ini Ibu membuat
sebuah MoU (Memorandum of understanding –
nota kesepakatan) lebih baik lagi jika ini adalah sebuah kotrak kerjasama yang
dicatatkan atau dibuat di depan seorang notaris.
Tahap ketiga atau tahap berikutnya
buatlah sebuah Business Plan. Business plan ini menjadi semacam arsitektur
untuk menjalankan bisnis anda dengan mitra. Ini merupakan kelanjutan dari semua
pembicaraan anda di atas semuanya. Dalam business plan ini ada rencana
strategi, rencana produksi, rencana pemasaran, struktur organisasi dan rencana
keuangan. Dapat dibuat detail namun juga dapat diperbaiki. Yang pasti minimal
dalam jangka pendek (1 tahun) kedua belah pihak mempunyai goal/ target dalm
menjalankan bisnis yang baru. Dalam rencana bisnis ini bulatlah sebuah scenario analysis. Scenario Analysis menyatakan bagaimana keadaan perusahaan dalam
pencapaian terburut, normal dan pencapaian terbaik. Jangan lupa dalam setiap
rencana yang dibuat harus dilakukan evaluasi agar pencapaian menjadi jelas
apakah sudah sesuai atau belum.
Semoga jawaban
saya yang singkat ini dapat membantu Ibu. Artikel-artikel yang di tulis dapat
dibaca juga di http://1000pengusaha.wordpress.com. Untuk informasi lebih lanjut dan pertanyaan, email ke erwin.halim.mba@gmail.com. Fb Erwin Halim MBA
Sumber : Koran Kontan, 22 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar